Minggu, 01 Mei 2016

makalah manusia dan peradaban



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Hakikat Peradaban
Peradaban memiliki kaitan yang erat dengan kebudayaan. Kebudayaan pada hakikatnya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa[1] manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemampuan cipta (akal) manusia menghasilkan ilmu pengetahuan. Kemampuan rasa manusia melalui alat-alat indranya menghasilkan beragam barang seni dan bentuk-bentuk kesenian. Sedangkan karsa manusia menghendaki kesempurnaan hidup, kemulian, dan kebahagian sehingga menghasilkan berbagai aktivitas hidup manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Hasil dan produk kebudayaan manusia inilah yang menghasilkan peradaban. [2]
Peradaban merupakan tahap kebudayaan tertentu dan telah maju yang bercirikan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan lain-lain. Masyarakat memiliki peradaban yang berbeda-beda satu sama lain.[3] Menurut KBBI, peradaban adalah kemajuan yang menyangkut sopan santun, budi bahasa dan kebudayaan suatu bangsa.[4] Dalam hal ini tidak jauh berbeda dalam kebudayaan Barat yang mengatakan manusia beradab adalah manusia yang berpendidikan, sopan dan berbudaya.
Istilah peradaban dalam bahasa Inggris disebut Civilization. Istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat, peradaban merupakan bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai system teknologi dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Peradaban menunjuk pada hasil kebudayaan yang bernilai tinggi dan maju. Peradaban tidak dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah maju, Akan tetapi, juga mengacu pada suatu kurun waktu dan tempat tertentu pula.
Masyarakat pada saat ini tetap memberi penghargaan dan apresiasi yang tinggi untuk peradaban masa itu. Bukti akan hal tersebut adalah pengakuan masyarakat dunia akan adanya keajaiban dunia, yang pada hakikatnya berasal dari peradaban masa lalu, seperti Piramida di Mesir yang merupakan makam raja-raja mesir kuno.

2.2  Hakikat Hidup Manusia
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan-aturan Tuhan. Manusia dalam kehidupannya memiliki tiga fungsi, sebagai makluk Tuhan, individu dan sosial budaya. Manusia selalu berhubungan dengan Tuhannya, ia memiliki kewajiban untuk mengabdi kepada Tuhan, sebagai individu harus memenuhi segala kebutuhan pribadinya dan sebagai makhluk sosial budaya harus hidup berdampingan dengan orang lain dalam kehidupan yang selaras dan saling membantu.
Sebagai makhluk sosial manusia akan hidup bersama-sama dengan manusia lain yang akan melahirkan suatu bentuk kebudayaan. Hal ini dikarenakan kebudayaan itu sendiri diperoleh manusia dari proses belajar pada lingkungan juga hasil pengamatan langsung. Kebudayaan itu dapat diterima dengan tiga bentuk:[5]
1.      Melalui pengalaman hidup saat menghadapi lingkungan
2.      Melalui pengalaman hidup sebagai makhluk sosial
Secara umum, manusia memiliki budaya yang berbeda-beda, namun pada dasarnya memiliki hakikat yang sama yaitu:
1.      Terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia
2.      Sudah ada sejak lahirnya generasi dan tetap ada setelah pengganti mati atau meninggal.
3.      Berisi aturan yang berisi kewajiban.[6]

2.3   Manusia Sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Adab[7]
Manusia sebagai makhluk beradab artinya pribadi manusia itu memiliki potensi untuk berlaku sopan, berakhlak, dan berbudi pekerti yang luhur. Selain itu, Kaelan menyatakan manusia yang beradab adalah manusia yang bisa menyelaraskan hakikatnya sebagai manusia.
Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang beradab sebab dianugerahi harkat, martabat, serta potensi kemanusian yang tinggi. Namun, dalam perkembangannya mnusia bisa jatuh dalam perilaku kebiadaban karena tidak mampu menyeimbangkan atau mengendalikan cipta, rasa, dan karsa yang dimilikinya. Manusia tersebut telah melanggar hakikat kemanusiannya.
Manusia sebagai makhluk sosial membentuk persekutuan-persekutuan hidup, yaitu masyarakat. Manusia beradab berkeinginan membentuk masyarakat yang beradab (masyarakat madani). Nurcholis Majid menyebut masyarakat madani sebagai masyarakat yang berkeadaban memiliki ciri-ciri, antara lain egalitarinisme[8], menghargai prestasi, keterbukaan, penegakan hukum dan keadilan, toleransi dan pluralisme, serta musyawarah.
Visi Indonesia 2020 juga bisa dikatakan membentuk masyarakat madani Indonesia, yaitu suatu masyarakat yang memiliki keadaban demokratis. Masyarakat adab yang dituju menurut visi Indonesia 2020 adalah terwujudnya bangsa yang berciri religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri, baik, dan bersih dalam penyelenggaraan negara.
Masyarakat adab pada dasarnya merupakan keinginan yang tulus dari manusia sebagai makhluk yang beradab. Namun sebagaimana halnya individu, masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu bisa saling bertengkar, saling bertikai, bahkan saling membunuh antarkelompok masyarakat. Oleh sebab itu, masyarakat adab harus senantiasa di perjuangkan, dipertahankan, dan dipelihara dengan sebaik-sebaiknya.

2.4   Dinamika Peradaban global
Menurut Arnold Y. Toybee, seorang Sejarawan asal Inggris, lahirnya peradaban itu diuraikan dengan teori challenge and respons. Peradaban itu lahir sebagai respons (tanggapan) manusia yang dengan segenap daya upaya dan akalnya menghadapi, menaklukan, dan mengolah alam sebagai tantangan (challenge) guna mencukupi kebutuhan dan melestarikan kelangsungan hidupnya.
Alam menawarkan sejumlah tantangan dan kemunkinan-kemunkinan. Ada alam yang tandus atau subur, di pengunungan atau pantai, daerah yang rawan gempa atau yang tanahnya stabil, dan seterusnya. Jika tantangan alam itu berat maka manusia pun akan gigih dan berusaha keras dalam merespons alam tersebut, begitu pun sebaliknya. Contoh bangsa Jepang yang terkenal ulet, gigih, dan bekerja keras karena alamnya yang cukup berat untuk ditaklukan. Keadaan alam Jepang bergunung-gunung, sering terjadi gempa, dan lahan pertaniannya yang tidak terlalu luas.
Setiap kali timbul kebutuhan akan sesuatu, manusia akan berusaha menemukan jalan untuk memperolehnya. Seluruh perangkat ide, metode, tekhnik dan benda material yang digunakan dalam suatu jangka waktu tertentu dalam suatu tempat tertentu maupun kegiatan untuk merombak perangkat tersebut demi memenuhi kebutuhan hidup manusia disebut teknologi. Teknologi lahir dan dikembangkan oleh manusia, dan ilmu untuk menguasai dan memanfaatkan lingkungan sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi.
Penerapan teknologi bertujuan untuk memudahkan kerja manusia. Teknologi yang berkembang pesat, meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Masa sekarang nampaknya sulit memisahkan kehidupan manusia dengan teknologi, bahkan sudah merupakan kebutuhan manusia.awal perkembangan teknik yang sebelumnya merupakan bagian dari ilmu atau bergantung dari ilmu, sekarang ilmu dapat pula bergantung pada teknik.[9] Selain itu, teknologi juga membantu mengeksploitasi sumber daya alam, transportasi atau komunikasi masyarakat yang akan memperlancar hubungan sosial dalam arti luas.[10]
Peningkatan efisiensi dan produktivitas mengantarkan Alvin Toffler untuk menganalisis gejala-gejala perubahan dan pembaharuan peradaban masyarakat akibat majunya ilmu dan tekonologi. Perubahan peradaban umat manusia sampai saat ini telah mengalami tiga gelombang, yaitu:[11]
a.       Gelombang I, peradaban teknologi pertanian berlangsung mulai 800 SM-1500 M.
Gelombang pertama (the first wave) dikenal dengan revolusi hijau. Dalam gelombang pertama ini manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian. Pertanian terbatas pada pengelolaan lahan-lahan pertanian untuk mencukupi kebutuhan manusia.
b.      Gelombang II, peradaban teknologi industri berlangsung mulai 1500 SM-1970 M.
Gelombang kedua adalah adanya revolusi industri terutama di negara-negara Barat yang dimulai dengan revolusi industri di Inggris. Masa gelombang kedua adalah masa revolusi industri, yaitu kira-kira tahun 1700-1970, masa ini dimulai dengan penemuan mesin uap pada tahun 1712. Pada masa ditemukan mesin elektro mekanis raksasa, mesin-mesin bergerak cepat,  dan ban jalan, mesin-mesin tersebut tidak hanya menggantikan otot-otot manusia, tetapi peradaban industri juga memberi mesin-mesin tersebut alat-alat panca indra sehingga mesin-mesin dapat mendengar dan melihat lebih tajam daripada indra manusia, dan dapat menghasilkan bermacam-macam mesin baru, yang akhirnya dikoordinir dengan rapi menjadi pabrik. Penggunaan mesin industri, mesin uap, dan mesin pemintal dalam industri garmen dan industri tambang telah memajukan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Eropa.
c.       Gelombang III, peradaban informasi berlangsung mulai 1970 M-sekarang.
Gelombang ketiga merupakan revolusi informasi yang ditandai dengan kemajuan tekonologi informasi yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi dalam berbagai bidang. Gelombang ketiga terjadi dengan kemajuan teknologi dalam bidang:
1)      Komunikasi dan data prosesing
2)      Penerbangan dana angkasa luar
3)      Energi alternatif dan energi yang dapat diperbarui.
4)      Terjadinya urbanisasi[12], yang disebabkan oleh kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi.
Gelombang ketiga ini melahirkan suatu masyarakat dunia yang dikenal dengan sebutan the global village (kampung global). Kita sekarang berada pada gelombang ketiga atau masa revolusi informasi. Diperkirakan era informasi ini akan mencapai puncaknya pada 10-20 tahun mendatang.
Globalisasi memunculkan perubahan-perubahan yang akan dialami oleh negara-negara dunia. Perubahan itu terjadi karena interaksi yang dekat dan intensif[13] antarnegara, terutama negara berkembang akan terpengaruh oleh kemajuan di negara-negara maju. Beberapa perubahan-perubahan tersebut ialah:
1)      Perubahan dari masyarakat industri ke masyaakat informasi.
2)      Perubahan dari teknologi yang mengandalkan kekuatan tenaga ke teknologi canggih.
3)      Perubahan dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat diketahui bahwa peradaban manusia mengalami dinamika (perubahan dan perkembangan). Perubahan itu menuju pada kemajuan, apalagi di era global dewasa ini. Perubahan yang terjadi demikian pesatnya.
Merujuk pada pendapat Alvin Toffler di atas, sekarang ini umat manusia berada pada era peradaban informasi. Kemajuan yang pesat di bidang teknologi informasi menghasilkan globalisasi, di samping kemajuan dalam saran transportasi. Di era global, perilaku hidup manusia bisa berubah dan bergerak dengan cepat. Dalam era global, hubungan antarmanusia tidak terbatas dalam satu wilayah negara saja, tetapi sudah antar negara (transnasional). Dengan demikian, orang bisa berkomunikasi dengan orang lain di negara lain, serta berpindah-pindah dengan cepat dari satu negara ke negara lain.

2.3  Problematika Peradaban Global pada Kehidupan Manusia[14]
Kata globalisasai diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi dipandang sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan koeksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat. Globalisasi digerakkan oleh kemajuan yang pesat dalam teknologi dan informasi komunikasi.
1.      Pengaruh Globalisasi
Globalisasi[15] memberi pengaruh dalam berbagai kehidupan,seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan.
Ø   Pengaruh globalisasi terhadap ideology dan politik adalah semakin menguatnya pengaruh idelogi liberal dalam perpolitikan negara-negara berkembang yang ditandai dengan menguatnya ide kebebasan dan demokrasi. Pengaruh globalisasi terhadap bidang politik, antara lain membawa internasionalisasi dan penyebaran pemikiran serta nilai-nilai demokratis, termasuk didalamnya masalah hak asasi manusia.
Ø   Pengaruh globalisasi terhadap ekonomi antara lain menguatnya kapitalisme dan pasar bebas. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tumbuhnya perusahaan-perusahaan transnasional yang beroperasi tanpa mengenal batas-batas negara.
Ø   Pengaruh globalisasi terhadap sosial budaya adalah masuknya nilai-nilai dari peradaban lain. pengaruh ini semakin lancar dengan pesatnya media informasi dan komunikasi, seperti televisi, komputer, internet, dan sebagainya. Masuknya nilai budaya asing akan membawa pengaruh pada sikap, perilaku, dan kelembagaan masyarakat.
Ø   Globalisasi juga memberikan dampak terhadap pertahanan dan keamanan negara. Penyebaran perdagangan dan industri di seluruh dunia akan meningkatkan kemunkinan terjadinya konflik kepentingan yang dapat menganggu keamanan bangsa. Globalisasi juga menjadikan suatu negara amat perlu menjalin kerja sama pertahanan dengan negara lain, seperti latihan perang bersama, perjanjian pertahanan, dan pendidikan militer antarpersonel negara. Hal ini dikarenakan, saat ini ancaman bukan lagi bersifat konvensional, tetapi kompleks dan semakin canggih. Misalnya ancaman terorisme, ancaman pencemaran udara, kebocoran nuklir, kebakaran hutan, illegal fishing, dan sebagainya.
2.      Efek Globalisasi bagi Indonesia
Globalisasi telah memberikan pengaruh besar dalam kehidupan bersama, baik positif maupun pengaruh negatif.
Adapun aspek positif globalisasi antara lain sebagai berikut:
a.       Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mempermudah manusia dalam berinteraksi.
b.      Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mempercepat manusia untuk berhubungan dengan manusia lain.
c.       Kemajuan teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi meningkatkan efisiensi.

Aspek negative globalisasi antara lain sebagai berikut:.
a.       Masuknya nilai budaya luar akan menghilangkan nilai-nilai tradisi suatu bangsa dan identitas suatu bangsa.
b.      Eksploitasi alam dan sumber daya lain akan memuncak karena kebutuhan yang makin besar.
c.       Dalam bidang ekonomi, berkembang nilai-nilai konsumerisme[16] dan invidual yang menggeser nilai-nilai sosial masyarakat.
d.      Terjadi dehumanisasi, yaitu derajat manusia nantinya tidak dihargai karena lebih banyak menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi.
3.      Sikap terhadap Globalisasi
a.       Sebagian bangsa menyambut positif globalisasi karena dianggap sebagai jalan keluar baru untuk perbaikan nasib umat manusia.
b.      Sebagian masyarakat yang kritis menolak globalisasi karena dianggap sebagai bentuk baru penjajahan (kolonialisme) melalui cara-cara baru yang bersifat transnasional di bidang politik, ekonomi dan budaya.
c.       Sebagian yang lain tetap menerima globalisasi sebagai sebuah keniscayaan akaibat perkembangan teknologi informasi dan transportasi, tetapi tetap kritis terhadap akibat negative globalisasi.
            Bagi bangsa Indonesia, globalisasi perlu diwaspadai dan dihadap dengan sikap arif dan bijaksana. Salah satu sisi negative dari globalisasi adalah semakin menguatnya nilai-nilai materialistis pada masyarakat Indonesia. Di sisi lain, nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan, kerahtamahan sosial, dan rasa cinta tanah air yang pernah dianggap sebagai kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa Indonesia, makin pudar. Inilah yag menyebabkan krisis pada jati diri bangsa.





[1] Karsa artinya daya (kekuatan) jiwa yang mendorong makhluk hidup untuk berkehendak. (Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011, Hlm. 627)
[2] Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, Ed. 1, Cet. 2, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Hlm. 64
[4] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat,...Hlm. 7
[5] Elly M Setiadi Dkk. IlmuSosial dan Budaya Dasar. (Kencana: Jakarta, 2006). Hlm. 46.
[6] Elly M Setiadi Dkk. IlmuSosial dan Budaya Dasar...,  Hlm. 46-47
[7] Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar,.., Hlm. 69-72
[8] Egalitarianisme artinya asas pendirian yang menganggap bahwa kelas-kelas sosial yang berbeda mempunyai bermacam-macam anggota, dari sangat pandai sampai kepada yang sangat bodoh dalam proporsi yang relatif sama/ menyatakan bahwa manusia itu ditakdirkan sama derajat.  (Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat,...Hlm. 352)
[9] M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama), 1986. 217
[10] Agus Salim, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia: (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya), 2002, Hlm. 109.
[11] Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar,... , Hlm. 80-84.
[12] Urbanisasi artinya perpindahan penduduk secara berduyun-duyun dari desa (kota kecil, daerah) ke kota besar (pusat pemerintahan). (Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat,...Hlm. 1535)
[13] Intensif artinya secara sungguh-sungguh dan terus menerus dalam melakukan sesuatu hingga memperoleh hasil yang optimal. (Ibid.,...,Hlm. 541)
[14] Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, hlm. 84-92
[15] Globalisasi artinya proses masuknnya ke ruang lingkup dunia. (Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat,...Hlm. 455)
[16] Konsumerisme artinya paham atau gaya hidup yang menganggap barang (mewah) sebagai ukuran kebahagian, dan kesenangan, gaya hidup yang tidak hemat. (Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat,...Hlm. 728)