Jumat, 25 Desember 2015

makalah ulumul qur'an dan hadis


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata  qaraa, yaqrau, qur’anan yang berarti “bacaan atau yang dibaca”.  Secara istilah Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi kalam Allah swt., suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., melalui perantaraan malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan ibadah.
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Al Qur’an merupakan sumber ilmu yang takkan habis-habisnya untuk dikaji dan diteliti. Menurut Albert Einstein “Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah timpang dan agama tanpa ilmu pengetahuan adalah buta”. Al Qur’an bukanlah buku science (ilmu pengetahuan) tetapi buku signs (tanda-tanda kebesaran Tuhan). Banyak cabang-cabang ilmu pengetahuan yang digali dari Al-Qur’an. Salah satu kemukjizatan (keistimewaan) Al-Qur’an yang paling utama adalah hubungannya dengan sains dan ilmu pengetahuan, begitu pentingnya sains dan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an. Sehingga dalam makalah ini kami ingin membahas tentang Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan (biologi dan geografi).
B.     Rumusan Masalah
a.       Apakah pengertian Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan serta hubungan antara keduanya?
b.      Bagaimana konsep dan kedudukan akal dalam Al-Qur’an?
c.       Bagaimana celaan terhadap orang-orang yang tidak mempergunakan akal?
d.      Apakah ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan?

C.     Tujuan
a.       Untuk mengetahui pengertian Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan serta hubungan antara keduanya.
b.      Untuk mengetahui konsep dan kedudukan akal dalam Al-Qur’an.
c.       Untuk mengetahui celaan terhadap orang-orang yang tidak mempergunakan akal.
d.      Untuk mengetahui ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
























BAB DUA
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Serta Hubungan Antara Keduanya.
Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang berarti “bacan atau yang dibaca”. Secara umum Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malikat Jibril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.
Al- Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah Al-Qur’an. Ia adalah buku induk ilmu pengetahuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan, semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah), sesama manusia (Hablum minannas), alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu agama, umum dan sebagainya.
Sedangkan ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Manusia merupakan ciptaan yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah. Karena, manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan disertakan alat untuk berfikir. Dengan akal dan fikirannya manusia dapat membangun peradaban dan menghadirkan ilmu pengetahuan.
Sains dan ilmu pengetahuan merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-Qur’an. Sains merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah “ sains mengenai waktu-waktu tertentu”. Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan teknologi, seperti untuk menunaikan ibadah haji, bedakwah menyebarkan agama Islam diperlukan kendaraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an, manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33.
uŽ|³÷èyJ»tƒ    Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$#  ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4 Ÿw šcräàÿZs? žwÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ
Artinya: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
Al-Qur’an sejak empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan, kekuatan yang dimaksud disini sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, dan hal ini telah terbukti di era medern sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menembus angksa luar bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknologi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, pelanet Mars, Jupiter dan planet-planet lainnya.
Pemaparan-pemaparan di atas secara tidak langsung menerangkan, bahwa antara ilmu pengetahuan dan al-qur’an ada kaitan erat. Akan tetapi keterkaitan antara keduanya disesuaikan dengan porsi yang sesuai.

B.       Konsep dan Kedudukan Akal dalam Al-Qur’an.

Pada masa-masa awal, saat Nabi Muhammad SAW masih hidup, pemahaman terhadap wahyu Allah bukan merupakan hal yang rumit. Sebab saat itu segala persoalan bisa ditanyakan langsung kepada Nabi untuk menafsir wahyu-wahyu Allah. Namun setelah Nabi SAW wafat, permasalahan yang dihadapi umat Islam semakin kompleks. Oleh karena itu, masalah-masalah yang muncul namun belum ada tuntunan penyelesaiannya baik dalam al-Quran maupun as-Sunnah untuk mengatasinya maka muncullah jalan ketiga yakni Ijtihad.
Di sinilah peran akal, terutama dalam memahami wahyu Allah menjadi sangat urgen. Berkenaan dengan hal ini ada sebuah hadis yang sangat terkenal. Diceritakan pada saat Nabi Muhammad SAW hendak mengirim Mu’adz ke Yaman, Rasulullah bertanya: Dengan apakah engkau hendak menjalankan hukum? Mu’adz menjawab, “Dengan kitab Allah”. Lalu Nabi bertanya lagi, “Bagaimana jika engkau tak mendapat keterangan dalam kitab Allah?” Mu’adz menjawab, “Dengan sunah Rasul.” Nabi bertanya lagi,”Bagaimana jika dalam sunahku juga tak kau dapati?” Mu’adz menjawab,”Saya berijtihad dengan akal saya, dan saya tak pernah berputus asa.”
Hadits ini sering dijadikan dalil berkenaan dengan peranan ijtihad dalam hukum Islam. Akal dalam deskripsi di atas menempati posisi yang signifikan dalam berijtihad. Namun demikian, di sana kita juga melihat isyarat bahwa posisi akal secara hierarkis jatuh setelah al-Quran dan Sunah. Akal menempati posisi ketiga.
Urgensi kehadiran akal juga dapat dilihat dalam hadis Nabi yang memerintahkan umat Islam untuk menuntut ilmu. Nabi SAW bersabda: Mencari ilmu wajib hukumnya bagi muslimin dan muslimat (HR. Muslim). Perintah untuk mencari ilmu dapat dipahami bahwa manusia harus memaksimalkan potensi akalnya.
Akal juga merupakan salah satu bagian dari Nafs (Jiwa), dimana bagian-bagian lain dari jiwa adalah Ghadab (emosi) dan Syahwat (nafsu), akal merupakan penyeimbang dalam diri manusia, akal dinilai dapat meminimalisir kesalahan yang dilakukan manusia, akal sebagai penopang atau sebagai panduan manusia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, karena akal diberikan oleh Allah kepada manusia untuk berfikir sehingga akal dapat dijadikan sebagai wadah untuk menyimpan ilmu dimana manusia menggunakan ilmu tersebut sebagai tolak ukur dalam memandang, memahami serta melakukan aktivitas sesuai dengan syari’at dan ketentuan yang diberikan oleh sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT. Dengan akal pula manusia mampu memahami petunjuk-petunjuk menuju jalan keselamatan yang ada dalam wahyu Allah, kitab suci al-Qur’an.
Dalam berbagai ayat di Al-Qur’an Allah telah menganjurkan manusia untuk senantiasa menggunakan akal, hal ini terdapat dalam QS. Al-An’am : 32 yang berbunyi :

$tBur äo4quysø9$# !$uŠ÷R$!$# žwÎ) Ò=Ïès9 ×qôgs9ur ( â#¤$#s9ur äotÅzFy$# ׎öyz tûïÏ%©#Ïj9 tbqà)­Gtƒ 3 Ÿxsùr& tbqè=É)÷ès?   
Artinya: Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka Tidakkah kamu mempergunakan akal?
Dalam ayat ini dimaksudkan bahwa kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal. Janganlah orang terperdaya dengan kesenangan-kesenangan dunia, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.
Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa dalam beragama, kita sebagai manusia harus mempergunakan akal kita. Namun yang harus diperhatikan adalah, akal tidak kita jadikan segala-galanya sehingga kita pada akhirnya melanggar atau mengingkari perintah serta wahyu Allah swt. Jika kita melanggar wahyu Ilahiyah, maka sudah tidak berarti lagi beragamanya kita, Alquran, serta teladan dari Nabi Muhammad saw. Hal tersebut karena kita lebih mengutamakan akal dan mengesampingkan wahyu Ilahiyah. Oleh karena itu, tetap ada batasan-batasan yang tegas antara mana yang harus menggunakan akal, dan mana yang harus diterima sebagai suatu ketentuan Allah swt, yang disampaikan melalui Rasulullah (Alquran ataupun As-Sunnah).
Batasan-batasan dalam mempergunakan akal antara lain :
1.        Ketentuan dari Allah swt yang bersifat syari’at yang bersifat aturan wajib dan tidak bisa diakal-akalkan. Contohnya adalah jumlah raka’at dalam setiap shalat, dan posisi shalat shaf perempuan di belakang shaf laki-laki. Semua aturan syari’at tersebut harus mengikuti tata cara yang dicontohkan Rasulullah saw.
2.        Hal-hal yang bersifat ghaib. Contohnya adalah berita tentang kehidupan setelah hari Kiamat, Surga, dan Neraka. Hal-hal tersebut tidak perlu dipertanyakan dan harus diterima apa adanya. Manusia tidak akan sanggup dan bisa membongkar rahasia di baliknya karena pengetahuan tentang hal ini hanya pada Allah swt dan Rasul-Nya.
3.        Segala aturan yang telah ditetapkan di dalam Alquran seperti haramnya suatu makanan dan minuman. Contohnya adalah haramnya daging babi dan minuman keras (khamr). Selain itu juga perbuatan-perbuatan haram seperti bermain judi dan juga riba.
Begitulah kedudukan akal bagi seorang manusia. Manusia yang berakal adalah dia yang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk. Manusia yang beruntung sejatinya adalah manusia yang dengan akalnya dia justru bisa lebih mengenal dirinya dan lingkungannya sehingga bisa lebih dekat kepada Allah swt sebagai pencitpa segala sesuatu.
C.      Celaan Terhadap Orang-Orang Yang Tidak Mempergunakan Akal.

Firman Allah dalam Q.S Al-Anfaal ayat 22:
* ¨bÎ) §ŽŸ° Éb>!#ur£9$# yZÏã «!$# MÁ9$# ãNõ3ç6ø9$# šúïÏ%©!$# Ÿw tbqè=É)÷ètƒ ÇËËÈ
Artinya: Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apapun.
                Maksud dari ayat ini ditujukan bagi orang-orang yang tidak mau mendengarkan perkara yang hak dan tidak mau memahaminya (diam seribu bahasa). Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk, karena sesungguhnya semua makhluk selain mereka taat kepada Allah dan mensyukuri  apa yang Allah ciptakan untuk mereka. Sedangkan merekayang diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya, tetapi mereka ingkar kepada-Nya. Karena itulah mereka diserupakan sebagai binatang.
Sebagaimana yang terdapat di dalam Firman Allah lainnya dalam Q.S Al-Furqan ayat 44:
÷Pr& Ü=|¡øtrB ¨br& öNèduŽsYò2r& šcqãèyJó¡o ÷rr& šcqè=É)÷ètƒ 4 ÷bÎ) öNèd žwÎ) ÄN»yè÷RF{$%x. ( ö
@t/ öNèd @|Êr& ¸xÎ6y ÇÍÍÈ
Artinya: Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).
            Penjelasan dari ayat ini yakni tentang mereka lebih buruk keadaannya dari pada hewan ternak yang dilepas bebas, karena sesungguhnya hewan ternak itu hanyalah melakukan sesuai dengan naluri kehewanannya, sedangkan manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah semata tiada sekutu baginya lalu mengapa mereka tidak menyembahnya? bahkan mereka menyembah selainnya dan mempersekutukannya dengan yang lain, padahal hujjah telah ditegakkan terhadap mereka dengan diutusnya Rasul kepada mereka.
Inilah beberapa ayat tentang celaan Allah terhadap orang yang tidak mempergunakan akal yang dipersamakan dengan binatang bahkan lebih buruk dari binatang, kecuali 3 (tiga) golongan manusia yaitu orang yang tidur sampai ia terjaga, anak kecil sampai dia bermimpi (baligh), dan orang gila sampai dia sadar.
D.      Ayat-Ayat  Yang Berhubungan Dengan Ilmu Pengetahuan.
1.        Hubungan Al-Qur’an dalam Bidang Biologi

óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù (
$oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sムÇÌÉÈ
Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Q.S. al-Anbiya (21) : 30).

Al-Qur’an mengatakan 1400 tahun yang lalu ,segala yang hidup di ciptakan dari air.Saat ini kita mengetahui ,sel plasma,yang menjadi inti dari sel hidup terisi 80%air.
Dalam Q.S. An-Nuur (24) : 45 dan Q.S. Al-Furqaan (25) : 54 juga mengatakan tentang semua makhluk yang hidup juga diciptakan dari air.

ª!$#ur t,n=y{ ¨@ä. 7p­/!#yŠ `ÏiB &ä!$¨B ( Nåk÷]ÏJsù `¨B ÓÅ´ôJtƒ 4n?tã ¾ÏmÏZôÜt/ Nåk÷]ÏBur `¨B ÓÅ´ôJtƒ 4n?tã Èû÷,s#ô_Í Nåk÷]ÏBur `¨B ÓÅ´ôJtƒ #n?tã 8ìt/ör& 4 ß,è=øƒs ª!$# $tB âä!$t±o 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ֍ƒÏs% 
Artinya: Dan Allah Telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. An-Nuur (24) : 45)

uqèdur Ï%©!$# t,n=y{ z`ÏB Ïä!$yJø9$# #ZŽ|³o0 ¼ã&s#yèyfsù $Y7|¡nS #\ôgϹur 3 tb%x.ur y7/u #\ƒÏs% ÇÎÍÈ
Artinya: Dan dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan maka Tuhanmu Maha Kuasa. (Q.S. Al-Furqaan (25) : 54)

Contoh  kaitan antara Al-Quran dan ilmu Biologi yaitu proses penciptaan manusia. Allah menempatkan nuthfah  (yakni air mani yang terpancar dari laki-laki dan perempuan dan bertemu ketika terjadi jima’) dalam rahim seorang ibu sampai waktu tertentu. Dia Yang Maha Kuasa menjadikan rahim itu sebagai tempat yang aman dan kokoh untuk menyimpan calon manusia. Dari nuthfah, Allah jadikan ‘alaqah yakni segumpal darah beku yang bergantung di dinding rahim. Dari ‘alaqah menjadi mudhghah yakni sepotong daging kecil yang belum memiliki bentuk. Setelah itu dari sepotong daging bakal anak manusia tersebut, Allah kemudian membentuknya memiliki kepala, dua tangan, dua kaki dengan tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan daging untuk menyelubungi tulang-tulang tersebut agar menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah ruh, lalu bergeraklah makhluk tersebut menjadi makhluk baru yang dapat melihat, mendengar, dan meraba.

Firman Allah SWT dalam surah Q.S. Al- Mukminuun : 12-14:

ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ
Artinya: Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.



2.         Hubungan Al-Qur’an  dalam Bidang Geografi
Ikatan siklus air ,diuraikan pertama kali oleh Sir Bernard Palessy pada tahun 1580,bagaimana air menguap dari lautmembentuk awan ,awan berpindah ke darat,jatuh sebagai hujan,hujan mengalir ke laut,begitulah satu putaran terlengkapi.

Al-Qur’an  menyebutkan  pada Q.S. Az-Zumar : 21:

öNs9r& ts? ¨br& ©!$# tAtRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ¼çms3n=|¡sù yìÎ6»oYtƒ Îû ÇÚöF{$# ¢OèO ßl̍øƒä ¾ÏmÎ/ %Yæöy $¸ÿÎ=tGøƒC ¼çmçRºuqø9r& §NèO ßkŠÎgtƒ çm1uŽtIsù #vxÿóÁãB ¢OèO ¼ã&é#yèøgs $¸J»sÜãm 4 ¨bÎ) Îû šÏ9ºsŒ 3tø.Ï%s! Í<'rT{ É=»t7ø9F{$# ÇËÊÈ
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.







BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal penting antara lain:
1.        Islam sangat mengapresiasi peran akal. Baik ayat al-Qur’an, adis, maupun kaidah ulama ushul fikih dan mufasir menekankan pentingnya peran akal bagai sebagai instrument untuk memahami ajaran-ajaran Allah, maupun sebagai instrument pengembangan peradaban. Namun demikian, Islam menempatkan akal dengan batasan-batasan tertentu. Dihadapakan pada wahyu Allah, akal bersifat relative sedangkan wahyu Allah bersifat muthlak.

2.        Dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan tentang berbagai macam ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum, sehingga jika dikatakan bahwa Al-Quran berlaku sepanjang zaman maka hal tersebut adalah benar, karena dalam Al-Qur’an terdapat ilmu-ilmu yang sebenarnya telah lama diungkapkan oleh Al-Qur’an, namun baru dapat dijelaskan oleh manusia ratusan tahun kemudian, sehingga kita selaku generasi muda muslim seharusnya mempelajari Al-Qur’an tidak hanya mempelajari tentang tata bahasa semata, namun kita juga harus bisa mengungkap ilmu-ilmu yang ada di dalamnya untuk dimanfaatkan dalam kehidupan kita. Sains-sains yang ada di dunia ini tergolong pertama muncul ialah berdasarkan Al-Quran, dan penerusannya oleh manusia dengan berbagai penemuan-penemuan hal baru di bumi. Al-Qur’an ialah peletak dasar dari berbagai pengetahuan sains dan sosial.





DAFTAR PUSTAKA

H.G. Sarwar. Filsafat Al-Qur’an. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1994.




http://sulfiana22.blogspot.co.id/2014/03/makalah-al-quran-dalam-ilmu-pengetahuan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar