Sabtu, 21 November 2015

Tafsir surah atin ayat tentang manusia

PEMBAHASAN
AYAT-AYAT TENTANG MANUSIA

AT-TIIN 4-6
(((((( ((((((((( (((((((((( (((( (((((((( ((((((((( ((( (((( ((((((((((( (((((((( (((((((((( ((( (((( ((((((((( (((((((((( ((((((((((( ((((((((((((( (((((((( (((((( (((((( ((((((((( (((
Artinya: “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”
Dalam memahami ayat ini, kita harus lebih mengetahui dulu pengertian insan. Dalam al-qur’an, ada istilah yang sama-sama berarti manusia, yaitu basyar, insan, dan al-nas. Jalaluddin rakhmat menyatakan bahwa perkataan bnyar menunjukkan manusia sebagai makhluk biologis. Pada surah ali-imran(3) ayat 47 dicerikatakan perkataan maryam: “Tuhan, bagaimana mungkin aku mempunya anak sedangkan aku belum disentuh oleh basyar”. Pada ayat 110 surah al-kahfi (18) rasul diperintahkan untuk menyatakan: (“Sesungguhnya aku ini basyar seperti kalian”).
Jelas bahwa pada ayat diatas dan pada banyak ayat lain, bahwa basyar adalah manusia dalam pengertian mkhluk biologis. Adapun perkataan insan menurut Jalaluddin menunjuk makhluk yang bukan hanya jasmani, melainkan juga ruhani. Insan dalah makhluk yang hidup, mengetahui, berkuasa, berkemauan, berbicara, mendengar, melihat, dan memutuskan. Sementara al-nas menunjuk manusia sebagai kesatuan, sebahai kumpulan manusia dengan segala karakteristiknya. (“Katakanlah: aku berlindung kepada tuhannya al-nas”), mksudnya: aku berlundung kepada tuhannya seluruh manusia.
Dalam ayat ke 4 menyampaikan pesan bahwa manusia akan bertahan seperti itu (dalam bentuk yang sebaik-baiknya secara fisik material dan mental spiritual) selama mereka mau mengikuti petunjuk-petunjuk yang disampaikan oleh para utusan-Nya ditempat-tempat yang suci.
Selanjutnya dalam ayat ke 5 menyampaikan tentang kenikmatan yang sangat besar, hekdaknya manusia bersyukur. Akan tetapi, kebanyakan mereka lalai dari bersyukur kepada Dzat yang menberikan kenikmatan tersebut. Mereka lebih disibukn dengan perkara-perkara yang sia-sia belaka. Mereka merasa puas dengan urusan yang hina dan akhlak yang tercela. Maka, Allah mengembalikan mereka ke tempat yang paling rendah, yakni neraka yang paling bawah, tempat para pelaku kemaksiatan yang sombong terhadap rabbinya. Kecuali, orang-orang yang dianugrahi Allah keimanan, amal shlalih dan akhlak yang utama lagi mulia.
Dalam ayat ke 6 juga dijelaskan bahwa bagi mereka yang kedudukannya yang mulia itu mereka mendapatkan, “pahala yang tidak putus-putus”, yakni tidak pernah berhenti, bahkan akan mendapatkan kelezatan yang melimpah, kegembiraan yang terus menerus, dan kenikmatan yang begitu banayak untuk selama-lamanya. Kenikmatan yang tidak pernah terhalang, pohon yang senantiasa memberikan buah dan naungan diseriap musim.
Namun bagi mereka yang tidak mengikuti petunjuk-petunjuk Allah mereka terjatuh ke lembah yang serendah-rendahnya (asfalashafilin) kejatuhan manusia ketempat yang hina dikarenakan ia hanya memperhatikan dan memenuhu kebutuhan-kebutuhan jamaniahnya saja tapa menjaga keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Keimanan dan keikhlasan dalam melakukan perintah Allah menjadi garansi diterimanya amal seseorang bukan atas pujuan manusia.
Allah mengecam kaum musyrikin yang mengingkari hari pembalasan, padahal bukti-bukti untuk itu sangat jelas. Sesungguhnya Allah menciptakan manusia dari setetes sperma dan menyempurnakan kejadiannya sehingga menjadi makhluk yang sebaik-baiknya. Setelah mati ia mampu membangkitkanmu dan menghisapnya diakhirat kelak. Barang siapa yang mengimaninya, kemudian mengingkarinya kembali, sungguh ia telah buta mata hatinya dan tersesat dalam perjalanan hidupnya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia yang dimaksud dalam surat at-tin adalah sebagai paduan jasmani dan ruhani, manusia yang buka saja bernafas secara pasif, malainkan mampu mengatur nafasnya, yang bukan hanya makan, malainkan memilih makanannya, bukan sekedar melihat, melainkan memandang sesuatu dengan sengaja. ‘akal manusia yang baikadalah yang sel;ain bisa menghitung dengan cermat, juga mampu mnyusun serta menggunakan rumus-rumus matematika, dan ilmu pengetahuan lain serta mampu memahami dan menerima kebenaran yang diwahyukan. Ayat ini juga mempertegas bahwa manusia adalah makhluk yang terbaik, yang ditempatkan oleh Allah pada derajat yang paling tinggi diantara semua makhluk, termasuk malaikat. Derajat manusia merupakan ketetapan Allah,bukan karena kedendak manusia sendiri. Allah swt memuliakan dan menjadikannya sebagai khalifah fil-ardhi (petugas pemgelola bumi). Dengan demikian manusia harus sangat bersyukur atas anugerah-Nya yang sangat besar.












DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Dan Terjemahan

H. Syakib Machmud, Mutiara Juz ‘Amma, Bandung: Mizan Media Utama  (MUU), 2005.

Syaikh Abdulrohman, Tafsir Juz ‘Amma, Solo: Perpustakaan Nasional RI, 2008.

T.h, Thalhas, dkk, Tafsir Pase’ (Kajian Surah Al-Fatihah Dan Surah-Surah Dalam Juz ‘Amma, Jakarta: PT. Dian Ariesta, 2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar